Tangerangsiana- Jaman boleh berubah dengan segala moderenisasinya. Internet dan game boleh merubah kebiasaan . Tapi tidak demikian buat anak anak kampung . Terutama anak anak Kampung Pakuhaji Desa Tobat Balaraja , setiap bulan Ramadhan tiba ,anak anak kampung disini punya tradisi yang masih lekat dipertahankan.
Tradisi itu adalah Talagudag. Talagudag adalah seni memukul beduk dimalam hari seusai melaksanakan ibadah shalat Tarawih hingga waktu sahur dan dilanjutkan dengan berkeliling kampung untuk membangunkan warga guna menyiapkan santap sahur. Biasanya penabuhan beduk itu bersamaan dengan tadarusan Alquran yang disebut miqra.
Ada tiga jenis beduk dan ditambah satu kentongan yang ditabuh. Beduk pertama yang ditabuh yaitu yang paling kecil yang namakan Taringtit. Disusul yang kedua yang dinamakan Kentog. Dan yang ketiga dinamakan Gedur. Gedur ini adalah beduk paling besar yang sehari harinya ditabuh sebagai tanda datangnya waktu shalat. Sedangkan Kentongan dinamakan Colong karena ditabuh sebagai irama penyela dalam tiap irama.
Ada beberapa irama dalam tabuhan beduk tersebut diantaranya Ngatilu , Dongdang ,Tihtir dàn Tuk Tuk Breng . Setiap irama mempunyai gaya berbeda tiap tabuhan beduknya.
Tradisi tabuh beduk ini sudah turun temurun dari generasi ke generasi . Terutama di Kampung Pakuhaji di Masjid ALMashudin Tamsi, tradisi ini terus dipertahankan walau budaya asing terus menggerus kearifan budaya lokal dengan segala moderenisasi dan pesonanya. Semoga.